Friday, January 27, 2006
" ENTAH "
Burung diatas selembar tikar rerumputan sibuk mencicipi rombongan ulat bulu tiarap berguling merayap terjun rintik-rintik ranting pohon jambu yang berbaris rapi dijalanan depan warung. Matahari sedang sembunyi setelah kemarin berpangku-pangkuan dengan awan pekat di langit tak kunjung menangis memanggang nafas kota jadi berkeringat bagai lelehan mentega di permukaan biji-biji jagung bakar legammenghitam diperkosa api.
Fajar nama harumnya sekuntum surya terbelalak mengintip jam dinding sibuk merobek waktu demi berfatamorgana denganmu memang harus usaijikalau terjaga, meski tak jua ikhlas terjaga nyatanya masih tercuri sejenak masatuk memandang wajah berlukis rembulan dari pejam gulitaku.Berselendangkan selimut menggulat guling tersenggol-senggol bantal,sungguh telanjang pagi ini menyingkap putihnya tulus tubuh mulus menggeliat gemas diremas dipan. Melirik secarik tamparan angin menggerayang bayangmu sanding bersanding di dinding kamar dingin.Apakah gila ketika menggila-gilai seseorang yang menggilai aku ? Kenapa jelaga dirundung hati merekah kilaunya jika kupanggil namamu ? semakin melangkah memakna renjana menuju nadirnya takdir. Mungkinkah ini sepotong harapmu ketika seabad lalu aku tak sepucuk pun bergeming ? menggunting jiwaku berbelah jiwamu dan menjahitnya kembali menjadi cinta bersulam kita. Entah! Bagaimana bisa hampaku tiba-tiba tersenyum padamu seakan engkau baginda atasku ? memangnya engkau siapa ? Hei, Hentikan!! Jangan aduk-aduk bulu kuduk seperti nasi udukdadaku merunduk jadi parau kalau galau akibat senyum manismu itu menggumuli mata ini ketika di dalam makanku ada hadirmu menempelpada sebuah piring meminta ditelan. Sulit mengusir lalu-lalang detik tanpamu.Siang meriang nanti seperti mati sebelum dengar candamu lagi, pedihnya sedih haru baru membiru kalau buru-buru cemburuku tak ingin berbagimu dunia walau sejengkal bagai aku yang bertemankan Aku.
Fita @ 10:48 PM